Pernahkah bertanya sejak
kapan matematika itu ada? Atau, darimana matematika itu berasal?
Umur matematika boleh
dikatakan sama dengan umur peradaban manusia itu sendiri.
Griffts
dan Howson (Suriasumantri, 1998: 202) membagi sejarah perkembangan matematika
menjadi empat tahap, yaitu :
1.
Perkembangan matematika dimulai dari
peradaban Mesir Kuno, Babilonia dan Mesopotamia. Pada masa itu, matematika
telah digunakan dalam perdagangan, pertanian, bangunan, dan usaha untuk
mengontrol keadaan alam seperti banjir. Para pendeta di Mesir Kuno yang sangat
dihargai pada waktu itu juga telah
menemukan kegunaan praktis dari metematika dari segi keagamaan. Sedangkan dari
segi estetik, matematika dikembangkan sebagai alat untuk berpikir kreatif melalui
kegiatan intelektual.
2.
Segi estetik dari matematika sangat
diperhatikan pada masa peradaban Yunani. Dapat dikatakan bahwa dasar-dasar
matematika sebagai cara berpikir rasional dengan menetapkan tahapan-tahapan
dengan definisi tertentu dimulai dari masa peradaban Yunani. Hal ini terbukti
dari munculnya matematikawan Euclid pada tahun 300 SM dengan bukunya Elements of Geometry yang berisikan
postulat, definisi dan teorema yang telah tersusun secara sistematis.
3.
Perkembangan matematika di bangsa Arab, India,
dan Cina dalam konsep ilmu hitung dan aljabar. Pada masa ini, mereka telah
berhasil menemukan angka nol, cara menggunakan desimal, serta penerapan dari
ilmu hitung dan aljabar tersebut. Ilmu hitung dan aljbara telah digunakan dalam
sistem perdagangan antara bangsa timur dan barat
4.
Zaman renaissance, yaitu zaman dimana
gagasan bangsa Yunani masa lampau, ilmu hitung dan aljabar dikaji kembali. Pada
masa ini ditemukan kalkulus diferensial yang memungkinkan kemajuan ilmu yang
cepat pada abad ke 17.
Penemuan matematika pertama kali pada masa
Mesir Kuno dan Mesopotamia didasarkan pada penemuan dokumen asli berupa artefak
yang kemudian disebut sebagai papyrus rhind. Artefak ini menunjukkan bahwa
bangsa ini telah memiliki pengetahuan yang hebat tentang matematika walaupun
penyusunannya belum didasarkan pada pemikiran deduktif seperti pada masa
sekarang.
Penemuan
yang mendukung keberadaan matematika pada sekitar abad ke 16 adalah tentang
penemuan alat mencetak seperti pada masa modern (Marsigit, 2012). Dokumen tentang
persoalan geometri dan aljabar tersimpan pula di Berlin. Salah satu persoalan
yang terdapat di dalamnya adalah
menentukan panjang diagonal dari suatu persegi panjang. Dengan analisis
yang mereka lakukan, akhirnya mereka menemukan bentuk segitiga siku-siku dan
kemudian menentukan hubungan antar sisi pada segitiga siku-siku tersebut. Hubungan
inilah yang kemudian dikenal sebagai teorema pythagoras. Teorema ini sebenarnya
sudah digunakan lebih dari 1000 tahun sebelum ditemukan oleh Pythagoras
(Marsigit, 2012). Hal ini mengisyaratkan bahwa semakin banyak karya-karya hebat
dari matematikawan masa itu.
Marsigit (2012) menyatakan bahwa matematika
bangkit pada abad ke 17 yang sejalan dengan kebangiktan pemikiran dari para
filsuf ssebagai antitesis abad gelap. Pada masa ini kekuasaan ada pada gereja
yang menyatakan bahwa pusat alam semeste adalah bumi. Mendengar hal itu, seorang
astronom sekaligus matematikawan yang berasal dari Polandia, Copernicus,
menolak mentah-mentah tentang pandangan itu. Ia menyatakan bahwa pusat tata
surya adalah matahari, sedangkan bumi hanya mengelilinginya. Jaman ini kemudian
dikenal sebagai jaman modern yang salah satunya ditandai dengan munculnya para
filsuf sekaligus matematikawan seperti Immanuel Kant, Galileo, Rene Descartes,
dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka
Suriasumantri, J. S. (1998). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Wikipedia Indonesia. (2012). Nicolaus Copernicus. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Nicolaus_Copernicus